Suatu hari penulis menonton dialog seorang pejabat di televisi. Pejabat itu berkata seperti ini: “Kami sangat mendukung aktifitas yang saudara-saudara lakukan. Setelah berkata seperti itu Pejabat lalu pergi tanpa melakukan apapun. Lalu penulis mengganti ke siaran televisi lainnya, ternyata pejabat itu menghalangi aktifitas suatu kelompok. Nah tadi katanya mendukung kok ujungnya?
Tampaknya hal ini seringkali terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Betapa seringnya kita mendengar kata ” Mendukung”. Namun faktanya sangat jauh berbeda dari apa yang diucapkannya. Entah kenapa seolah-olah seseorang dengan mudah mengatakan sesuatu yang janjinya akan dilakukannya tetapi tidak pernah ditepati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jilid terbaru, Mendukung memiliki makna: membawa sesaru atau seseorang diatas panggung; menggendong, menyokong; membantu; menunjang. Nah dari sini terlihat bahwa kata mendukung menyokong, menunjang dan membantu setiap aktifitas, kegiatan atau apapun yang akan dilakukan. Begitu jelas makna kata mendukung. Namun apa yang terjadi?
Ketika penulis membaca situs berita seringkali ditemukan seperti ini: Seorang anggota dewan disuatu daerah mendukung penuh penegakan anti korupsi, kepala suatu instansi mendukung penuh penegakan anti narkoba, kepala pemerintahan mendukung penuh gerakan literasi membaca dan berbagai kalimat yang diucapkan sebagai bentuk dukungan. Namun sayangnya seringkali terbalik dengan apa yang diucapkan.
Penulis teringat dengan teman perempuan penulis yang ditipu pacarnya. Ceritanya begini: Sang perempuan begitu cinta kepada lelaki. Hingga akhirnya maulah perempuan memberikan segalanya. Suatu ketika lelaki ingin memuaskan hasratnya. Dikatakanlah pada perempuan itu: Aku berjanji akan menikahimu jika kita melakukannya. Kini sang perempuan hamil dan laki-laki yang menghamilinya malah pergi meninggalkan perempuan.
Alangkah baiknya ketika seseorang apapun jabatannya ketika mengatakan mendukung seharusnya menepati kata-kata yang diucapkannya. Jangan seperti sang lelaki tadi menikmati tetapi malah tidak menikahi. Itu php namanya. Pemberi harapan pals kalau kata anak muda sekarang.
Penulis: Febrianiko Satria, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi. Aktif sebagai Ketua Komunitas Berani Menulis.