Muaro Jambi- Rabu, (16/09) BEM FKIP Universitas Jambi resmi sampaikan aspirasi mahasiswa FKIP kepada Dekan FKIP Universitas Jambi. Sebelumnya pada tanggal 10-15 september 2020 lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP Universitas Jambi telah membuka Pusat Pengaduan Kuliah Daring guna memfasilitasi mahasiswa FKIP menyampaikan aspirasinya melalui form pengaduan yang tersedia.
Arip Nurrahman selaku gubernur FKIP menyampaikan bahwa pusat pengaduan kuliah daring dibuat untuk menyalurkan aspirasi seluruh mahasiswa aktif FKIP kepada Dekan FKIP Universitas Jambi. Serta sebagai upaya untuk menemukan solusi terbaik dalam perkuliahan daring di FKIP Universitas Jambi. Arip menambahkan “berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, diperoleh 5 permasalahan utama mahasiswa selama perkuliahan daring. Dari 210 responden yang berpartisipasi, diketahui permasalahan utama adalah pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, kemudian ketersediaan jaringan, lalu keterbatasan sumber belajar dan presensi mahasiswa, serta kesulitan pada mata kuliah praktikum khususnya untuk mahasiswa jurusan PMIPA”, tambahnya.
Dilansir dari bit.ly/PressReleaseBEMFKIP berikut isi pengaduan aspirasi mahasiswa FKIP secara lengkap.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BEM FKIP KBM Universitas Jambi melalui pusat pengaduan kuliah daring didapatkan beberapa permasalahan yang dialami oleh mahasiswa FKIP Universitas Jambi dalam melakukan perkuliahan secara daring, antara lain:
- Sulitnya jaringan sehingga harus mengungsi dalam perkuliahan. Sebanyak 46% responden berada di daerah dengan kondisi jaringan berada dalam kategori kurang baik dan tidak baik.
- Pembayaran UKT terlalu besar sedangkan akomodasi kuliah sebagian sudah ditanggung Kemendikbud.
- Permasalahan dalam presensi baik dalam E-Learning maupun dalam aplikasi scan QR. Presensi tersebut membuat mahasiswa kebingungan dalam menggunakannya dikarenakan harus dua kali melakukan presensi. Dalam melakukan presensi mahasiswa juga terkendala dalam errornya sistem yang ada. Misalnya ketika mahasiswa sudah melakukan presensi, tetapi di siakad tidak muncul. Selain itu, adanya miskomunikasi antara dosen dan Permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam melakukan presensi melalui kode QR. Misalnya dosen tidak memberikan kode QR dan tidak memberi tahu mahasiswa harus absen pukul berapa.
- Borosnya kuota yang digunakan dikarenakan menggunakan aplikasi yang memerlukan banyak kuota. Selain itu, dikarenakan kondisi ekonomi yang sedang menurun membuat kesulitan mahasiswa dalam membeli kuota.
- Keterbatasan waktu dalam proses belajar mengajar yang mengakibatkan sulitnya memahami ilmu yang diberikan oleh dosen, terutama dalam materi eksak. Dengan keterbatasan waktu tersebut ada beberapa dosen yang hanya memberikan materi serta tugas saja tanpa adanya penjelasan dari materi yang diberikan. Selain itu tugas yang dibebankan kepada mahasiswa terlalu banyak yang membuat mahasiswa menjadi stres.
- Dosen mengajar tidak sesuai jadwal yang ada di siakad.
- Keterbatasan media dan referensi pembelajaran.
- Kesulitan dalam melaksanakan mata kuliah praktikum.
- Fitur yang ada di E-Learning tidak berfungsi dengan baik, seperti video conference.
- Kuliah daring tetapi tugas tetap luring. Hal itu mengharuskan mahasiswa pulang ke Jambi. Dalam keadaan tersebut mahasiswa harus membutuhkan uang untuk bisa berada di Jambi. Sedangkan kondisi belum memungkinkan untuk mengadakan perkuliahan tatap muka.
- Terlalu banyak aplikasi yang digunakan dalam perkuliahan. Beda mata kuliah beda pula aplikasinya, misal: Zoom, Ms. Teams, ataupun Google Meet. Hal ini dapat membuat HP menjadi lambat (ngelag).
- Terhambatnya program kerja organisasi mahasiswa.
Berikut solusi yang diharapkan dan diajukan oleh BEM FKIP
Dari beberapa permasalahan yang telah dirangkum, kami mewakili seluruh mahasiswa FKIP Universitas Jambi meminta Yth. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk:
- Menyegerakan distribusi kuota bagi mahasiswa sebesar 50 GB/bulan selama 4 bulan (terhitung September-Desember) sebagaimana kebijakan dari Kemendikbud.
- Mengatur Standar Operasional Prosedur (SOP) perkuliahan daring untuk semua Program
Studi di lingkungan FKIP Universitas Jambi sehingga tercipta keseragaman sistem kuliah daring di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
- Mensosialisasikan SOP kuliah daring kepada seluruh sivitas akademika di FKIP Universitas Jambi.
- Menginstruksikan seluruh Ketua Jurusan dan/atau Ketua Program Studi untuk melakukan pendataan terhadap mahasiswa yang berada di daerah dengan kondisi jaringan kurang memadai.
- Meminta kepada seluruh tenaga pendidik (Dosen, Asisten Dosen dan/atau Asisten Laboratorium) agar dapat memberikan toleransi dan pengertian kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan jaringan sebagaimana dimaksud pada poin (4).
- Memperbaiki dan mengevaluasi penggunaan presensi UNJA baik dalam E-Learning maupun dalam aplikasi scan QR yang dinilai masih menyulitkan mahasiswa.
- Perbaikan fitur video conference E-Learning agar dapat berfungsi dengan baik.
- Mengurangi pembelajaran menggunakan aplikasi berbasis video secara terus menerus, serta menyesuaikan pemberian tugas yang diberikan oleh dosen sesuai dengan kapasitas mahasiswa.
- Jika memungkinkan, kuliah dan praktikum dilaksanakan tatap muka dengan cara pembagian shift atau kuliah di ruangan yang cukup luas untuk diterapkan physical distancing.
- Presensi yang dilakukan cukup 1 kali dengan sistem yang dapat memudahkan mahasiswa. Serta penambahan waktu dalam presensi, dikarenakan jika kondisi mati lampu atau hujan sinyal akan hilang.)
Arip Nurrahman menjelaskan bahwa aspirasi mahasiswa telah disampaikan pihak BEM kepada dekan FKIP universitas Jambi, Prof. Dr. rer. nat. Asrial, M.Si Rabu 16 September 2020. “dari 10 poin yang diajukan, alhamdulillah Dekan menyanggupi, namun ada beberapa poin yang harus dipertimbangkan lagi. Secara keseluruhan bisa diterima. Dekan akan bekerjasama dengan BEM dalam merancang SOP kuliah daring yang akan digarap dalam waktu dekat, harapannya akan terbit SOP perkuliahan daring yang seragam diseluruh prodi di FKIP.” Tutupnya saat diwawancarai melalui WhatsApp.
Reporter: Muammar dan M. Apriyoza
Editor: Alma Tiara