“Ndre, bangun sahur,” panggil Mama dari balik pintu kamar.

“Andre, bangun nak, sahur dulu. Sudah hampir imsak,” panggilan kedua kalinya sembari mengetuk pintu kamarku.

“EUGHHHHHH,” leguhan kukeluarkan menjadi jawaban panggilan Mama.

Aku yang sudah sedikit sadar kemudian mulai mengangkat segala persendian yang melekat pada tubuhku. Setelah tubuhku terduduk sempurna, kuraih gawai yang ada di meja belajar agak condong mentok di tumpu kasur. Tanpa sadar kantuk mulai merasuki seluruh pergerakannku. Lama kelamaan terhanyut oleh sentuhan kasur dan hembusan angin yang keluar dari sela-sela pentilasi kamar. Dinginnya yang mendukung rasa kantukku, melemahkan segala persendian yang tadi mulai berkuasa.

Aku pun terhanyut oleh dekapan selimut bulu lembut, dan kehangatan guling yang sejak tadi malam sudah kudekap.

“ANDREEEEEEEEE,” Teriak Mama dari dapur, suaranya menggema seolah rumah ini gua baginya.

Aku yang mendengar namaku tersebut, kemudian aku terduduk tanpa membuka mata. Aku langkahkan kakiku, menuju toilet untuk menyegarkan pandanganku. Setelah merasa segar, aku berjalan menuju meja makan, yang sudah dihuni oleh Papa, Mama, dan Kak Afni. Kuraih makanan sahurku. Saat satu suapan nasi sahur sudah hampirku sendokan ke dalam mulut. Suara marbot menggema mengatakan waktu telah imsak. Sontak kupercepat suapan pertama menjadi suapan terakhir. Tak ada tegukan air sedikit pun. Suapan sahur tadi hanya dibantu dengan air liurku tanpa sikat gigi.

“Mama tadi sudah bilang, kita sudah hampir telat, kamu juga bangun harus pakai adat segala,” omel Mama sembari mencuci piring sisa sahur.

Aku yang sudah memastikan akan kelaparan nantinya, hanya meratapi kering kearah nasi-nasi yang sudah tak mengharapkan tuannya untuk dimakan.

“Ma, kalau Andre tidak tahan, Andre puasa setengah hari ya?” ucapnya dengan santai

“Enak saja, kamu sudah besar Ndre, sudah kelas 3 SMA. Gak ada puasa setengah hari,” omel Mama untuk kesekian kalinya.

“Makanya kalau Mama panggil langsung datang,” timbal Mama.

Aku yang sudah tidak bersemangat beranjak dari kursi, kemudian menuju toilet untuk bersuci. Setelah salat subuh, aku bersiap-siap berangkat sekolah, karena di hari pertama sampai seminggu mau hari raya, aku masih aktif melakukan belajar di sekolah, karena sudah hanyut kasus covid-19 sekolahku tak lagi menggunakan sistem daring, karena guru tahu kalau kebanyakan dari kami tidak masuk ke kelas daring, namun sibuk main mobile legend atau FF dan permainan lainnya.

Di siang hari, keroncongan terdengar olehku sontak seluruh tubuhku melemah, rasa lapar mulai menyeruak meresahkan aktivitasku hari ini.

Setelah belajar hari ini selesai, aku pun pulang dengan menggunakan sepedah, di tengah perjalanan, tak sengaja aku melihat mamang es serut yang suka nongkrong di pekarangan rumah. Ia menuangkan segala macam sirup dan susu. Semakinku perhatikan bagian dalam perutku semakin resah.

Sesampainya di rumah aku tergeletak tanpa harapan. Tubuhku melingkar layakny obat nyamuk yang setiap detiknya kekuatanku meruntuh. Suapan sahur tadi tak membantuku sama sekali. Seolah menjadi angin yang singgah sementara tanpa meninggalkan jejak apapun.

“Mama, masih lama ya bukanya?” Keluhku di kursi dapur. Memperhatikan kelihaian tangan Mama saat memasak.

4 jam pun berlalu, dibarengi oleh azan dari masjid. Aku segera loncat dari tempat tidur. Mulai menyeruput kolak jagung kesukaanku. Di tengah keasikan berbukaku. Aku heran mengapa Papa, Mama, dan Kakak tidak datang ke dapur untuk berbuka. Di tengah kebingunganku aku menyimpulkan bahwa mereka melakukan salat magrib terlebih dahulu.

“Andre,” panggil Mama dari pintu dapur menatapku heran.

“Mama gak buka puasa?” ucapku dengan santai sembari melahap suapan terakhir kolak jagung”

“Ini masih jam 16:00 masih asar, Ndre,” ucap Mama dengan heran.

Aku kemudian memuntahkan kolak suapan terakhir. Aku mengira sudah azan magrib, karena cuaca hari ini mendung. Lumayan semangkuk kolak tadi menstabilkan kelaparanku. Karena aku tidak tahu, aku tetap  melanjutkan puasa dengan perasaaan lega.

Oleh: Aisyah Rahma

(VN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here