Saya Uchi Arwidhakesuma mahasiswa Universitas Jambi, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki kesempatan ikut salah satu program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yaitu kampus mengajar 7. MBKM adalah sebuah inovasi yang dibuat oleh Kemendikbudristek dan diluncurkan sebuah kebijakan untuk mentransformasi sistem Pendidikan tinggi di Indonesia untuk menghasilkan lulusan yang lebih relevan. Sedangkan kampus mengajar merupakan kanal pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kampus selama satu semester guna melatih kemampuan menyelesaikan permasalahan yang kompleks dengan menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran, pengembangan strategi, dan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

Saya di tugaskan di SMP Negeri 19 Kota jambi, Pada saat penugasan saya tidak sendiri, karena pada satu sekolah akan ditempatkan tim yang berjumlah 5 orang, namun pada saat penugasan berlangsung 1 teman saya mengundurkan diri sehingga saya hanya bersama 4 orang yang bertugas di smp ini. rekan saya dalam penugasan tidak hanya berasal dari universitas jambi namun ada pula 1 yang berasal dari Universitas lain. Masa penugasan dimulai dari tanggal 26 Februari 2024 sampai dengan 4 Juni 2024.
Pada saat melaksanakan tugas di SMP Negeri 19 Kota Jambi, kami langsung di libatkan dalam program anti bullying. Mengingat banyaknya kasus bully yang terjadi di kalangan remaja, membuat siswa/siswi di sekolah ini pun ikut merasakan dampaknya. Di sekolah ini terhitung sangat banyak perundungan baik yang ringan maupun yang berat.
Perundungan atau yang biasa dikenal dengan kata “Bully” Bullying di sekolah adalah tindakan agresif atau tindakan yang menyakiti orang lain secara terus-menerus dan berulang yang dilakukan oleh individu atau sekelompok individu terhadap orang lain yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti fisik, verbal, atau psikologis, dan seringkali memiliki tujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi korban. Perundungan terjadi karena banyak faktor, terutama keluarga, sosial, bahkan diri sendiri. Bentuk perundungan pun banyak macamnya, seperti bullying secara fisik, lisan, sosial, hingga di internet yang biasa disebut dengan cyberbullying.

Program anti bullying ternyata erat kaitannya dengan program 3 dosa besar pendidikan, kegiatan yang membuat kami dapat berkolaborasi dengan guru bimbingan konseling. Dalam program ini kami membuat angket siswa dan penilaian untuk calon duta anti-bullying. Angket siswa dibuat untuk menilai secara rutin perkembangan perundungan yang ada di sekolah ini, biasanya guru bimbingan konseling menyebarkan angket di saat pembelajaran. Dari angket tersebut dapat diketahui keluhan serta pengaduan siswa yang mengalami perundungan.
Namun, sepertinya angket saja kurang efektif dalam membasmi adanya perundungan di sekolah, maka dari itu di perlukan adanya duta anti-bullying yang tugasnya dapat menjadi wadah bagi teman sebaya nya. Selain itu, perannya dalam memantau dan mengendalikan kelas juga di perlukan. Duta anti-bullying yang terpilih pun nantinya akan turut membantu dalam kampanye/ceramah yang akan di lakukan di lapangan sekolah.

Pemilihan duta tersebut diharapkan mampu mengurangi adanya perundungan di sekolah ini. Siswa yang terpilih untuk melakukan seleksi duta anti-bullying tidak hanya siswa yang berprestasi, namun juga di pilih siswa yang berani dan dapat berpengaruh besar di dalam kelas maupun lingkup sekolah.
Terlaksananya program ini cukup signifikan, namun masih belum ada dampak yang cukup besar bagi sekolah, contohnya saja tingkat bully di sekolah masih cukup tinggi. Namun, dengan begitu sekolah sudah berusaha semaksimal mungkin untung mengatasi kasus perundungan yang marak terjadi.
Guru bimbingan konseling pun diberikan pembekalan yang matang oleh dinas Pendidikan melalui pertemuan antar sekolah. Dengan pembekalan ini, diharapkan guru bimbingan konseling semakin tahu kemana arah dan titik akhir dari kasus perundungan ini.
Melalui program ini diharapkan semuanya dapat berjalan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan, sehingga angka perundungan di sekolah ini dapat mengecil dan siswa dapat melakukan aktifitas belajar mengajar sebagaimana mestinya.

penulis: Uchi Arwidhakesuma

Redaksi: ZelaHayani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here