Siang itu, di bawah terik matahari dengan mengendarai sepeda motor kami melintasi Jl. Husni Thamrin Kelurahan Beringin, Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Ketika kami melewati sebuah jembatan yang cukup besar, pandangan kami tertuju pada sebuah bangunan bercat putih dan berpagar besi serta bernuansa arsitektur khas Tionghoa yang terletak di ujung kiri jembatan. Kami pun tertarik ingin mengunjungi bangunan tersebut, sesampainya di sana pagar terbuka lebar dan terlihat seorang pria paruh baya yang bernama Sodik Afriansyah itu merupakan penjaga dari bangunan tersebut. Ketika hendak memasuki halaman bangunan, pak Sodik langsung menghampiri kami.
“Nak ngapoi dek?”, Tanya pak Sodik.
“Kami nak nengok bangunan ini boleh dak pak?”, jawab kami.
“Ooh boleh dek, masuklah”. Jawab pak Sodik.
Setelah mendapat izin, kami pun memasuki bangunan tersebut didampingi oleh pak Sodik. Sesampainya di dalam bangunan, pak Sodik menjelaskan kepada kami bahwa bangunan ini merupakan kelenteng peninggalan Tionghoa. Bagi orang Tionghoa atau Cina kelenteng merupakan tempat ibadah dan juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan mereka. Kelenteng ini merupakan kelenteng tertua yang ada di Jambi. Kelenteng ini merupakan kelenteng yang pertama kali dibangun di Jambi yaitu sekitar tahun 1800. Kelenteng ini memiliki nama asli Siu San Teng atau sering disebut dengan klenteng Hok Tek. Kelenteng ini sendiri dibangun oleh beberapa orang Tionghoa yang dulunya bermigrasi ke Jambi.
Menurut sejarah yang dijelaskan oleh pak Sodik, pada masa perjuangan melawan Belanda, kelenteng ini pernah digunakan sebagai tempat menyembunyikan persenjataan para pejuang rakyat Jambi. Rakyat Jambi menyembunyikan persenjataan di dalam kelenteng tersebut karena kelenteng merupakan tempat ibadah yang dianggap suci dan tidak semua orang bias masuk ke dalam kelenteng.
Pandangan bapak Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum., selaku budayawan Jambi, peninggalan budaya seperti kelenteng merupakan cagar budaya yang harus dipelihara dan dihadirkan secara terus menerus supaya bisa menjadi bahan untuk mengetahui perkembangan dan peradaban budaya kita pada masa lampau hingga hari ini, agar kita bisa melihat jejak-jejak terdahulu. Pemeliharaan kelenteng tersebut tidak berarti harus difungsikan kembali, tetapi dengan menjaganya juga bisa supaya kita bisa memperlihatkan bukti bahwa kita memiliki kebudayaan yang tinggi.
Klenteng tersebut merupakan bukti bahwa masa itu ada kehidupan budaya-budaya tertentu, karena di melayu Jambi diawali dengan kepercayaan animisme lalu masuk agama Hindu-Budha, dan kemudian masuk islam dan itu merupakan bahanperbandingan budaya dan agama, jadi klenteng merupakan bukti material dari budaya Jambi.
Bangunan klenteng yang berasitektur Tionghoa ini ditandai dengan bentuk atap ruang depan berbentuk jurai dan pelana dan dua bumbungannya membentuk simbol bermahkota, bertanduk dan bertaring. Pada bagian tiang klenteng terdapat tulisan-tulisan Cina berwarna merah. Klenteng tuo Hook Tek sendiri sudah beberapa kali mengalami renovasi yaitu pada tahun 1931 dan 1970.renovasi terakhir pada tahun 1971 agar mempertahankan bentuk bangunan seperti semula karena merupakan klenteng pertama dantertua di Jambi.
Pada bagian dalam klenteng terlihat keadaan ruangan sudah kosong, hanya tersisa ukira-ukiran dan tulisan-tulisan Cina serta tempat patung dewayang warnanya sudah mulai pudar, warna dindingnya pun sudah terlihat menghitam dan banyak mengalami keretakan. Menurut penjelasan pak Sodik, sejak tahun 1970 klenteng ini sudah tidak difungsikan lagi karena ruangannya yang kecil karena tidak dapat menampung semua masyarakat TiongHoa yang ingin beribadah saat itu. Meskipun sudah tidak difungsikan lagi, klenteng ini masih sering dikunjungi oleh orang TiongHoa untukberibadah karena mereka mempercayai meskipun patung dewa sudah tidak ada di klenteng tersebut. Namundewamereka masih berada didalam klenteng tua tersebut.
Setelah cuku lama bercerita dengan pak Sodik tentang sejarah dari klenteng Hook Tek, kami pun akhirnya berpamitan untuk kembali menikmati perjalanan pulang. Kami merasa sangat senang telah berkunjung ke klenteng Hok Tek karenakami bisa mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru.
Penulis: Putri Dini Rawati, Putia Resti Permana