Menyusuri lorong yang kecil dan gelap,aku semakin tak kuat menahan semuanya. Ada sesuatu yang ingin meledak dari tubuhku ketika melihat rumah itu. hingga tanpa kurencanakan air mataku lolos berjatuhan menetes dan berbaur dengan tanah. Aku benci melihat diriku saat ini. Aku benci melihat diriku yang terlihat lemah jika mengingat hal itu. Kubiarkan pikiranku menerawang waktu hingga menembus kejadian 15 tahun yang lalu. Kejadian yang membuatku hidup layaknya orang bodoh, Hanya bisa memandang tanpa bisa menggenggam. Aku tertawa hambar saat pikiranku mengajakku hanyut mengingat kejadian itu. Ya, kejadian yang kumaksud adalah kejadian tepat dimana aku melihat ibuku terkapar dan bersimpuh dengan darah yang mengalir dari sekujur tubuhnya, dan yang paling tragisnya pelakunya adalah ayahku sendiri. Aku tidak tau pasti apa penyebab mereka bertengkar sehingga berujung kematian, tapi yang jelas kutahu bahwa ayahku tidak pernah mencintai ibuku. Sebelum insiden itu, aku juga sering mendengar mereka bertengkar hebat dan yang bisa kulakukan hanyalah menangis dan bersembunyi di dalam lemari. Gelap. Ya,hanya itu yang kubutuhkan Karna hal itu membuatku damai dan tenang,tak ada suara dan yang paling penting tidak ada pertengkaran.
Setelah insiden pembunuhan itu, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan penjara yang selama ini mengekangku, meninggalkan ribuan bahkan jutaan rasa sakit yang selama ini kusimpan sendiri. Saat itu aku tidak tau kemana pikiranku dan kakiku ini membawaku, yang kutahu aku ingin bebas,aku ingin menemukan ketenangan yang selama ini tidak pernah kudapatkan. Ditengah kesibukan otakku yang masih mengingat kejadian di rumah, aku terhenyak ketika aku melihat seorang lelaki yang berjalan berlawanan arah denganku. Lelaki itu datang dengan langkah yang sempoyongan dan kulihat ditangan kirinya ada botol minuman, yang kuyakini adalah minuman keras. Sambil menata hati dan mengumpulkan keberanian, aku mencoba memantapkan langkahku sambil menundukkan kepala. Perasaanku semakin tidak karuan ketika kusadari bahwa lingkungan yang kujalani sudah sepi,hening dan gelap. Hanya ada aku dan lelaki itu. Langkahku terhenti ketika tiba-tiba lelaki itu mencekal tangan kananku. Aku terkejut sambil membelalakkan mata, ada diam sejenak saat kupandang mata sayu lelaki itu.
Dengan tangan yang bergetar dan tubuh yang berkeringat ketakutan aku mencoba melepas kasar cekalan tangan lelaki itu dan aku berkata sambil berteriak “lepaskan!!, jangan ganggu aku”!! ketika aku berbicara, lelaki itu meneguk sekali minumannya kemudian dia tersenyum dan menyeringai dia berkata “ kamu tidak perlu takut, aku tidak akan melukaimu. Kamu hanya cukup ikut denganku dan kita akan bersenang senang katanya sambil tertawa lepas. Apa ? ikut denganmu ? TIDAK !! Aku tidak mau, aku ingin pulang, aku ingin kembali kerumah, kataku sambil terus mencoba melepaskan cekalan tangan lelaki itu dari tanganku walaupun hasilnya tidak pernah berhasil. Dengan sekali tarikan lelaki itu berhasil menarikku lebih dekat dengannya. Bau alkohol dari mulutnya spontan membuatku menutup hidung dengan tangan kiriku. Perlahan lelaki itu mendekatiku dan mengelus halus rambutku dan kembali tersenyum meyeringai, dia berkata “baiklah kalo begitu, biar aku saja yang mengantarmu pulang, dan kali ini kamu tidak boleh menolakku sayang” katanya sambil membelai wajahku. Dengan perasaan takut dan tubuh yang masih bergetar aku berkata “ tidak !! aku tau kamu bukan orang baik ! lepaskan aku, kumohon” kataku sambil menangis sambil sesekali sesegukan. Tiba-tiba dia mengalihkan tangannya yang tadi mencekal tanganku menjadi menjambak rambutku dan dia menampar sekali pipiku. Dengan ekspresi yang marah dan raut wajah yang merah padam, dia kembali berkata “dasar gadis bodoh ! aku tidak akan segan-segan melukai bahkan membunuhmu jika kamu berani menolakku sekali lagi! Katanya.”airmataku kembali berjatuhan dan kali ini sangat deras mengingat nasibku yang selalu berujung dengan kesengsaraan bukan hanya di keluarga tapi juga diluar keluarga. Tapi sudah kubulatkan tekadku,aku ingin menemukan ketenangan bukan kesengsaraan. Hingga aku berusaha mengalahkan ketakutanku, aku mencari celah untuk bisa pergi dari lelaki mabuk ini, ku injak kaki kanannya dengan kakiku. Diapun meringis dan mulai memegang kakinya yang kuinjak,lalu dia mengumpat kasar dia berkata “Anjing,dasar gadis sialan” kugunakan kesempatan itu untuk pergi menjauh meninggalkan lelaki mabuk itu sendiri, dia masih mencoba mengejarku dengan langkah sempoyongan,tapi kulihat tiba-tiba dia terjatuh dan akhirnya pingsan.Kuberlari sekuat tenaga,mencari tempat yang aman untuk ku bisa bersembunyi dari jahatnya dunia. Aku tidak butuh siapapun saat ini,yang kubutuhkan adalah kesunyian. Dimana tidak ada orang ,hanya ada aku saja. Kususuri jalan yang semakin gelap dan sepi itu, hingga tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkanku dengan memegang pundakku dan memanggil namaku. Nadine …. ?? degh…… jantungku seakan berhenti berdetak. Aku tau siapa pemilik suara itu, aku mengenalnya. Tubuhku menegang seketika, aku tidak tau harus berbuat apa, yang ku inginkan adalah pergi meninggalkan wanita ini.ketika kubersaha untuk berlari dia mencengkram lebih kuat pundakky dan dia langsung saja membalikkan tubuhku jadi menghadapnya. Ketika tadi jantungku masih seakan berhenti berdetak, sekarang yang kurasakan adalah jantungku benar-benar sudah berjenti berdetak yang tinggal hitungan detik akan tumbang. Aku memandang wanita itu dengan tatpan yang tajam sedangkan dia melihatku dengan tatapan yang lembut. Tiba-tiba dia memelukku dengan erat sambil berkata “kenapa kau meninggalkan ayahmu sendiri ?, kenapa kau pergi ?, ayahmu kesepian dia sangat membutuhkan dirimu saat ini” katanya sambil menangis.
Secepat mungkin kulepaskan pelukan wanita itu dan aku tertawa,tepatnya menertawai keadaan keluargaku. “apa kau bilang ? pembunuh itu membutuhkanku ?hahhhhhaha yang benar saja,tapi setelah kupikir bisa saja dia membutuhkanku,karna sbentar lagi aku akan dijadikan sebagai korbannya kan ? aku tidak mau bertemu dengan pembunuh sekalipun dia ayahku, aku benci ketika dia tidak bisa menyayangi ibuku” kataku dengan mata yang sudah berkaca-kaca. “tidak sayang,tidak. Ayahmu tidak sejahat yang kau pikirkan, kamu sudah salah paham terhadapnya. Di…. “aku langsung memotong omongannya “tapi aku melihatnya sendiri,aku melihat dia yang memegang pisau itu, dan darah yang menetes dari ujung pisau itu adalah darah ibuku” kataku sambil berteriak,rasanya emosi sudah sampai dipuncak yang paling tinggi. “kamu salah Nad, kamu tidak tau cerita yang sebenarnya dan asal kamu tau ayahmu sangat mencintai ibumu” katanya sambil memegang tanganku. Aku langsung memalinglan wajahku ketika wanita itu mengatakan hal itu. “BULSHIT!!. Tidak mungkin. Kalau pembunuh itu mencintai ibuku,mengapa mereka selalu bertengkar dan mengapa dia harus membunuh ibuku” ?Kataku sambil membuang ludah dan mengahapus air mataku yang sedari tadi berjatuhan.”Ini semua terjadi karena ibumu nad,” katanya dengan lantang. Seketika itu pula aku langsung mentap matanya tanda tak suka. “ APA MAKSUDMU” ? kemudian dia menghela napas panjang, dan dia mulai berbicara “ sebenarnya salama ini ibumu diam-diam berselingkuh dengan rekan kerja ayahmu,dia selalu merasa bahwa ayahmu tidak pernah menyempatkan waktunya untuk ibumu karena yahmu selalu berkerja,sehingga ibumu mencari pelampiasan. Hingga setelah satu tahun ibumu masih berhasil menyembunyikan semuanya. Tapi hal itu lama-lama tercium oleh ayahmu, karena perubahan yang sangat mencolok dari ibumu baik dari tingkahnya maupun vara berpakaiannya, semua berubah nad. Hingga suatu hari ayahmu memutuskan untuk pulang cepat dari kantor,dia ingin menggebrak sekaligus memergoki langsung apa yang ibumu lakukan dengan lelaki itu”. Aku diam-diam mulai berfikir, ya memang hari itu ayah tumben pulang lebih awal,biasanya dia selalu pulang sekiitar jam 2 pagi dan ibu banyak berubah satu tahun belakangan ini. Lamunanku buyar ketika wanita ini mulai melanjutkan ceritnya.“jadi waktu itu ayahmu pulang lebih awal dan dia melangkah kerumah secara mengendap-endap seperti pencuri, dan setelah sampai dirumah dia menangis dalam hati dan dia sangat kecewa melihat ibumu yang saar itu sedang bermanja manja dengan lelaki itu di rumahmu, saat itu kau sedang tertidur. Hingga ayahmu tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dia marah besar dan berniat membunuh laki-laki itu karena sudah mengkhinatinya. Tapi ketika ingin membunuh lelaki itu,tiba-tiba ibumu maju untuk melindungi lelaki itu, sehingga ibumulah yang terkena tusukan pisau itu. Sedangkan lelaki itu dia langsung lari dan kabur dari rumah itu.dan saat itulah kamu bangun dan yang kau lihat hanya akhir dari kejadian itu.” Katanya sambil menggenggam tanganku lebih erat. Aku menatap mata wanita itu mencoba mencari kebohongan disana,tapi tidak kutemukan yang kutemukan hanya ketulusan dan kejujuran. “kau tidak bermaksud membohongiku kan?” kataku sambil menyelidik. “tidak sayang,aku tidak membohongimu aku menyayangi kalian” katanya sambil membelai rambutku dengan lembut.”ayo kita temui ayahmu,dia pasti sudah mencari-carimu” katanya mulai menarik tanganku.
Awalnya aku ragu tapi wanita ini mengangguk seraya memberikan penguatan kepadaku hingga akhirnya aku pun mengangguk juga sebagai persetujuan untuk bertemu ayah. Kini aku sudah berada di depan rumahku, tapi aku heran mengapa banyak sekali orang dirumah ku? Apa yang mereka lakukan? Dan apa yang terjadi ? batinku. Lalu saat aku melangkah masuk kedalam kerumah,beberapa warga datang kepadaku,menyalami tanganku sambil berkata “kamu yang sabar ya nad, aku tau kamu kuat” dan masih banyak lagi.berbagai pertanyaan pun mulai memenuhi otak dan pikiranku. Hingga akhirnya aku mematung melihat ayahku terbaring di lantai dengan darah segar yang mengalir dari tangan kirinya dan pisau di tangan kanannya. Tubuhku langsung kaku dan menegang, rasanya ada ribuan bahkan jutaan paku yang menancap di kakiku yang membuat aku tidak bisa melangkah maju. Tapi perlahan otak mengajak kakiku untuk melangkah menuju ayahku. Perlahan aku mendekatkan diri ke tempat dimana ayahku terbaring lemah tak berdaya, mataku mulai mengabur pertanda air dimataku sudah hampir penuh. “apa yang terjadi kepada ayahku? Kataku kepada orang-orang yang ada disana. Tapi semua orang lebih memilih bungkam, hingga aku tidak dapat mengontrol diriku akupun bertanya lagi tapi kali ini sambil berteriak kuat “APA YANG TERJADI DENGAN AYAHKU !!!!!!? Na…nad… nadine….,kami hanya menemukan surat ini tadi disamping tangan ayahmu” katanya sambil memberikan sebuah surat. Pelan-pelan ku buka surat yang bercampur dengan bercak darah itu, yang ternyata itu adalah tulisan ayahku .
Nadine putriku…..
Maaf kalau selama ini ayah tidak pernah membuatmu bahagia,
Maaf kalau ayah selalu menegurmu dengan kasar…
Tapi percayalah nak,ayah tidak bermaksud sedikit pun untuk melukaimu..
Ayah ingin sekali melihatmu selalu bahagia,
Tapi mungkin cara ayah membuatmu bahagia itu berbeda dari biasanya sehingga yang tercipta bukan rasa suka tapi rasa duka.
Nadine sayang….
Maaf ketika kamu membaca surat ini,ayah sudah tak bisa mnemanimu lagi
Ayah sudah tidak bisa bersamamu lagi…
Ayah tidak bisa bertahan lebih lama lagi nak..
Ayah terlalu sakit untuk semua ini…
Maaf kalau ayah harus meninggalkanmu untuk selamanya..
Ayah berharap kita bisa bertemu lagi sayang di lain waaktu dan di dunia yang berbeda…
Ayah sangat menyayangimu nak,tak ada rasa yang bisa menadingi sayang ayah kepadamu…
Tapi maaf kali ini ayah memilih untuk menyerah..
Ayah ingin bersama ibumu,karena ayah mencintainya
Ayah mencintaimu nad…
AYAH….
Bagaikan tersampar petir hatiku saat membaca surat ayahku,rasanya ada berbagai pisaun yang menancap pas dijantungku yang membuatku kesulitan untuk bernafas. Air mataku seakan sudah berubah mnjadi tetesan darah hingga aku merasa duniaku telah runtuh dan akan gelap, yang bisa kulakukan hanya menangis ,berteriak dan memanggil AAAAAAAAAYYYYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!
Penulis : Meisi Sitorus