Indonesia Raya, merdeka-merdeka hiduplah Indonesia Raya.
Menderu-deru suara gagap penuh dengan semangat dari mahasiswa internasional, saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu itu menjadi jiwa baru bagi mereka yang tengah menempuh program beasiswa Strata 1 di Universitas Jambi. Penulis merasa ada pancaran membangga, kesungguhan hingga kecintaan dari meraka terhadap negeri tempat mereka berpijak sekarang.
Sejak tahun ajar 2021, Universitas Jambi setidaknya telah menerima sebanyak 9 mahasiswa internasional dari 3 negara yang ada di Asia, yaitu Myanmar, Thailand dan Malaysia untuk menyelesaikan program sarjana secara gratis yang diberikan Rektor Univeristas Jambi. Sebagai seorang penulis, saya sangat mengapresiasi adanya program tersebut.
Selanjutnya, sebagai fresh graduate program sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Univeristas Jambi, saya merasa bangga atas program yang diluncurkan melalui UPT Layanan Internasional kampus bergelar Pinang Masak tersebut. Ke semua itu, menurut saya menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki peluang untuk dipelajari negara lain, khususnya di lingkup Asia.
Di lingkup tempat saya mengajar, mahasiswa sangat antusias mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Bisa dicatat, pertama materi yang dikemas secara kreatif dapat dengan mudah dan menyenangkan diterima. Kreatifitas yang telah mereka terima seperti berlakon berbagai watak dan karakter tokoh cara itu digunakan selain menambah kosakata bahasa Indonesia dan pelafalannya untuk mereka, juga pun mereka senang dan bisa tertawa. Dengan begitu pembelajaran menjadi menyenangkan bagi saya dan mereka.
Kedua, aktivias pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), pengalaman saya menunjukkan, bahwa challenge dan travel diperlukan untuk membuat antusiasme belajar dan tidak bosan. Misalnya, sebelum berpergian dihari Senin mahasiswa asing diminta untuk menuliskan kosakata bahasa Indonesia yang berawalan huruf S. Hasilnya saya mampu mengetahui kualitas bahasa Indonesia yang mereka miliki. Mulai menuliskan kata yang sering mereka kerjakan, kata benda yang sering mereka gunakan, hingga nama makanan Indonesia yang menjadi makan favorite baru bagi mereka, seperti sate. Bahkan, salah satu dari mereka juga menuliskan salah satu pahlawan kebangga bangsa Indonesia, yaitu Soekarno Hatta. Komentarnya cukup singkat: “Bapak itu bagus! Saya terkesima”. Entah dari mana mereka tahu soal Soekarno Hatta, Bapak proklamator kemerdekaan Indonesia itu serasa dekat dengan mereka, sebegitu sungguh hatikah mereka dengan Indonesia. Inilah salah satu kebanggaan bagi saya, Indonesia dapat dikenal baik oleh warga Asing seperti mereka.
Ketiga, kegiatan belajar bahasa Indonesia juga dilakukan dalam memasak. Bukan sebatas mempelajari cara-cara memasak dan menikmati lezatnya tumis ayam kemangi khas Thailand yang mereka sebut Kra Pao Kai dan juga ayam Halia dari Malaysia. Namun, rempah-rempah resep itulah yang memberikan anugerah cita rasa dan persatuan diantara kami. Setelah semua disatukan dalam ukuran rasa dan diolah dengan rasa bahagia, terciptalah rasa damai dan makmur dari sepenggal tanah surga.
Usulan: melalui artikel ini, saya mengusulkan adanya pengembangan pengajaran BIPA, hal itu diperlukan, antara lain, mengingat pentingnya menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu alat diplomasi budaya Indonesia dalam menjalin dengan negara lain di dunia. Kemudian, adanya penyiapan tenaga pengajar bahasa Indonesia bagi orang asing, khususnya dari Universitas Jambi, seperti kata peribahasa “asal ada kecil pun pada”. Saya cukup optimis bahwa bahasa Indonesia akan banyak dipelajari orang asing. Namun, optimis tidak cukup tanpa diimbangi berbagai ikhtiar yang mendukung seperti menjawab pertanyaan, apa dan bagaimana cara kita dapat memantapkan Program Internasional Students, khususnya di dalam Univerisitas Jambi, seperti impian bagi mahasiswa asing?
Menyusun pantun, memakai rima.
Rima dibuat menjadi kisah.
Sambutlah salam dari warga Asia Tenggara.
Semoga kita sehat sentosa.
Oleh: Alma Tiara