Masa peralihan dari pendidikan menengah ke perguruan tinggi tidak hanya menawarkan peluang pengembangan diri, tetapi juga memunculkan tantangan psikologis yang kompleks. Salah satu fenomena yang semakin banyak ditemukan pada mahasiswa baru adalah overthinking, yaitu kecenderungan memikirkan suatu hal secara berlebihan, berulang, dan tidak produktif, sehingga menimbulkan tekanan emosional serta kelelahan mental. Fenomena ini sering dipicu oleh proses adaptasi akademik yang menuntut kemandirian, tuntutan capaian akademik yang tinggi, serta tekanan sosial dari lingkungan kampus maupun media digital.

Dampak Psikologis Overthinking

Overthinking berpotensi mengganggu kondisi mental mahasiswa melalui beberapa manifestasi, seperti:

  • Meningkatnya kecemasan dan rasa khawatir berlebih, meski tanpa pemicu jelas.

  • Gangguan tidur, yang menyebabkan kelelahan fisik dan mental.

  • Ketidakstabilan emosi, termasuk mudah tersinggung dan merasa tertekan.

  • Penurunan kepercayaan diri, akibat pembandingan diri yang berlebihan dengan orang lain.

Akumulasi dampak tersebut dapat menurunkan kualitas kesehatan mental dan mengganggu penyesuaian diri di lingkungan kampus.

Dampak terhadap Produktivitas Akademik

Selain aspek emosional, overthinking juga memengaruhi efektivitas belajar dan performa akademik mahasiswa. Beberapa dampak yang sering muncul meliputi, Kesulitan berkonsentrasi saat mengikuti perkuliahan, penundaan pengerjaan tugas karena rasa takut tidak mencapai hasil sempurna, menurunnya motivasi belajar, terutama ketika kecemasan meningkat, kesulitan memahami materi akibat kurang tidur atau fokus yang menurun. Kondisi ini menjadikan overthinking bukan hanya persoalan mental, tetapi juga hambatan nyata dalam pencapaian akademik. Beberapa faktor yang mendorong munculnya overthinking pada mahasiswa antara lain:

  1. Adaptasi terhadap sistem pembelajaran baru yang lebih mandiri.

  2. Tekanan capaian akademik dan persaingan akademis.

  3. Ekspektasi keluarga terkait prestasi dan masa depan pendidikan.

  4. Perbandingan sosial dalam lingkungan kampus maupun media sosial.

  5. Kurangnya manajemen waktu, istirahat, dan pengelolaan stres.

Interaksi faktor internal dan eksternal ini membentuk kondisi mental yang rentan terhadap tekanan berkepanjangan. Untuk meminimalkan dampaknya, mahasiswa perlu menerapkan pendekatan pengelolaan mental yang terstruktur, seperti, mengelola beban pikiran melalui penulisan jurnal, Menerapkan teknik relaksasi, mindfulness, atau latihan pernapasan.

  • Menyusun jadwal belajar dan istirahat secara proporsional.

  • Menjalin komunikasi dengan lingkungan sosial yang suportif.

  • Membatasi paparan konten digital yang memicu perbandingan diri.

  • Mengakses layanan konseling profesional ketika gejala semakin mengganggu.

Pendekatan ini membantu menciptakan keseimbangan antara tuntutan akademik dan kesehatan mental. Overthinking merupakan isu psikologis yang signifikan di kalangan mahasiswa, terutama pada fase awal perkuliahan. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada aspek emosional, tetapi juga secara langsung memengaruhi kemampuan berkonsentrasi, produktivitas belajar, dan pencapaian akademik. Upaya pengelolaan mental yang tepat dan dukungan lingkungan kampus menjadi kunci dalam menciptakan pengalaman belajar yang sehat, adaptif, dan berkelanjutan.

Penulis: Alphani Amelia dan Dhea Ramadhani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here