Man under stormy rainy clouds. Concept sketched illustration about sadness and depression.

Menjadi mahasiswa sering digambarkan sebagai masa paling indah. Tapi kenyataannya, banyak yang justru bergulat dengan stres setiap harinya. Mulai dari tugas yang menumpuk, pergaulan baru, organisasi, kerja sambilan, hingga tekanan keluarga soal nilai dan masa depan. Semua itu bisa membuat siapa pun kewalahan.

Stres pada mahasiswa bisa muncul di berbagai tahap. Mahasiswa baru misalnya, harus beradaptasi dengan lingkungan baru, ritme kuliah, dan cara belajar yang sangat berbeda dari sekolah. Di tengah perjalanan, mahasiswa mulai aktif lewat organisasi atau kerja paruh waktu, membuat waktu semakin sempit sementara tuntutan semakin banyak. Mahasiswa tingkat akhir menghadapi tantangan yang lebih berat lagi: skripsi, revisi tanpa akhir, dan pertanyaan klasik dari keluarga, “Kapan wisuda?”

Tidak heran stres menjadi teman akrab mahasiswa—meski sebenarnya bukan teman yang mereka inginkan.

Apa Saja Tanda Mahasiswa Sedang Stres?

Stres bukan hanya tentang perasaan tertekan. Tubuh dan perilaku kita biasanya lebih jujur dalam memberi sinyal.

Beberapa gejala yang sering muncul antara lain:

  • Fisik: mudah lelah, sakit kepala, jantung berdebar, pencernaan terganggu.

  • Emosional: mudah marah, gelisah, merasa kesepian, atau sedih tanpa sebab jelas.

  • Kognitif: sulit fokus, pikiran bercabang, pelupa, atau overthinking berkepanjangan.

  • Perilaku: pola tidur berantakan, makan tidak teratur, menarik diri dari orang lain, atau menggunakan rokok/kopi berlebihan.

Jika beberapa di antaranya kamu rasakan, bukan berarti kamu lemah. Itu tanda bahwa tubuh sedang meminta perhatian.

Bisakah Stres Diubah Menjadi Motivasi? Jawabannya: Ya!

Stres sebenarnya tidak selalu buruk. Dalam kadar tertentu, stres justru bisa menjadi bahan bakar untuk bergerak lebih produktif. Kunci utamanya adalah bagaimana kita mengelolanya.

Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan mahasiswa:

1. Kenali dari mana stresmu berasal

Apakah karena tugas? Ekspektasi keluarga? Hubungan pertemanan? Begitu sumbernya jelas, solusinya lebih mudah dicari.

2. Berani bilang “tidak”

Tidak semua kesempatan harus kamu ambil. Terlalu banyak kegiatan tanpa manajemen waktu yang baik justru memicu burnout.

3. Ubah cara pandang

Tantangan bukan selalu musuh. Banyak mahasiswa justru menemukan kemampuan baru saat menghadapi masa-masa tertekan.

4. Atur rutinitas yang sehat

Jadwal yang teratur membantu mengurangi rasa kewalahan. Mulai dari manajemen waktu belajar, istirahat, hingga aktivitas lain.

5. Tidur cukup & makan yang benar

Dua hal sederhana yang paling sering diremehkan, padahal sangat memengaruhi stabilitas emosi dan fokus.

6. Olahraga ringan

Tidak perlu ke gym. Jalan pagi 10 menit saja sudah membantu mengurangi stres.

7. Perkuat sisi spiritual

Bagi banyak mahasiswa, kualitas ibadah memberikan ketenangan batin yang tidak bisa digantikan.

8. Cari dukungan

Ceritakan apa yang kamu rasakan ke teman, keluarga, atau konselor kampus. Terkadang, didengar saja sudah sangat melegakan.

Pada Akhirnya, Semua Mahasiswa Pernah Stres

Stres adalah bagian dari proses menuju kedewasaan. Namun, stres tidak datang untuk menjatuhkanmu—ia datang untuk mengajarkan bagaimana kamu mengontrol hidupmu sendiri.

Dengan strategi yang tepat, tekanan bisa berubah menjadi motivasi, dan stres yang menumpuk bisa menjadi langkah awal menuju versi terbaik dari dirimu.

Jika kamu merasa kewalahan, jangan ragu mencari bantuan. Kesehatan mental sama pentingnya dengan tugas dan nilai kuliah.

penulis: Hana Nouftalifa dan Dinda Tri Hernita 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here